Goldman Sachs: Bitcoin Diprediksi Mengulang Reli 2023, Dolar AS Juga Melemah
Bitcoin (BTC) kembali diperdagangkan di sekitar $84.000 saat pembukaan pasar Wall Street pada 16 April, di tengah harapan bahwa melemahnya nilai dolar AS dapat memicu kembalinya pasar bullish.
Analis Sebut Potensi Reli Ulang seperti Tahun 2023
Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan bahwa pasangan BTC/USD tengah berkonsolidasi setelah mengalami penurunan tajam dari level tertinggi lokal sehari sebelumnya.
Volatilitas ini dipicu oleh perkembangan terbaru dalam perang dagang antara AS dan China, di mana aset kripto dan aset berisiko lainnya tetap sensitif terhadap pernyataan dan berita dari tokoh-tokoh penting seperti Presiden AS Donald Trump.
Pada saat penulisan, indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite tercatat melemah masing-masing sebesar 1,4% dan 2,2%.
Sementara itu, harga emas justru menjadi pemenang besar dengan mencetak rekor tertinggi baru di atas $3.300 per ons.
“Berbeda dengan emas, BTC belum mendapatkan dorongan sebagai aset safe haven,” tulis perusahaan trading QCP Capital dalam buletin terbarunya di Telegram.
“Narasi ‘penyimpan nilai alternatif’ belum kuat dalam kondisi makro saat ini. Pelaku pasar masih bermain defensif, fokus pada perlindungan risiko hingga situasi menjadi lebih jelas.”
Dolar Melemah, BTC Punya Potensi Naik
Pelaku pasar kini menyoroti kelemahan dolar AS sebagai potensi angin segar bagi aset kripto. Indeks Dolar AS (DXY) tampak tak mampu bangkit dari level support sebelumnya dan kini mendekati level terendah dalam beberapa tahun, setelah ditolak di kisaran psikologis angka 100.
“DXY turun dengan laju tercepat sejak 2023,” tulis trader populer BitBull di platform X.
Ia membandingkan situasi saat ini dengan awal 2023, ketika Bitcoin dan altcoin mulai bangkit dari pasar bearish tahun 2022.
“Waktu itu, BTC sudah menyentuh titik terendah (kuartal 4 2022) dan naik lebih dari 200% dalam setahun,” katanya.
“Saya rasa, sudah waktunya BTC mengulang reli 2023–2024.”
Kepala riset Eropa dari perusahaan manajemen aset Bitwise, Andre Dragosch, turut menyoroti laporan dari Goldman Sachs yang menyebut dolar AS masih terlalu mahal dibandingkan dengan kinerja ekonomi domestik.
“Catatan: Dolar AS masih dinilai terlalu tinggi menurut Goldman Sachs,” tulisnya, seraya membagikan grafik kekuatan dolar terhadap pertumbuhan ekonomi AS.
“Masih banyak ruang bagi dolar untuk melemah — dan itu berarti ada peluang kenaikan bagi BTC untuk naik kelas.”
Sinyal Bullish yang Muncul di Grafik
Beberapa trader mencermati munculnya sinyal positif pada grafik harga BTC, termasuk pola Inverse Head & Shoulders di time frame 4 jam.
“Jika kita bisa mempertahankan Higher Low dalam beberapa hari ke depan, ini akan menjadi pola bullish yang kuat,” ungkap trader populer Luca.
Sementara itu, analis kripto dan wirausahawan Michaël van de Poppe juga menyatakan optimisme. Ia berharap BTC bisa menguji ulang level resistance utama, yang menurutnya merupakan zona krusial sebelum potensi breakout besar terjadi.
“Bitcoin masih berkonsolidasi dengan baik antara dua level penting,” tulisnya.
“Kita sudah melihat uji coba di level $87K, dan saya rasa kita akan melihat breakout besar saat BTC mengujinya lagi. Setelah itu? Kemungkinan besar akan menuju All Time High (ATH) di akhir kuartal ini.”