Kamu Sebut Itu Terdesentralisasi? Layer 2 Justru Merusak Kripto
Layer 2 berbasis rollup yang saat ini sedang populer justru dianggap merusak kripto—lebih tepatnya, merusak sifat trustless (tanpa kepercayaan pihak ketiga) yang menjadi inti dari blockchain.
Keunikan kripto ada pada trustlessness, yang lahir dari infrastruktur Layer 1. Cara satu-satunya untuk benar-benar trustless adalah dengan desentralisasi penuh, di mana keputusan dibuat oleh jaringan node besar yang tersebar di seluruh dunia dan tidak saling terhubung secara signifikan.
Desentralisasi ini bertumpu pada tiga pilar: inclusion (inklusi), ordering (urutan transaksi), dan execution (eksekusi). Jika salah satunya dikendalikan oleh satu entitas, label “trustless” hanyalah jargon pemasaran. Rollup, sayangnya, merusak ketiga pilar ini sekaligus.
Rollup L2 Merusak Kepercayaan dalam Kripto
Saat ini ada dua tipe rollup utama: Optimistic Rollups dan Zero-Knowledge (ZK) Rollups. Keduanya umumnya dikendalikan oleh satu sequencer tunggal yang membuat semua keputusan.
-
Optimistic Rollups mengandalkan periode tantangan selama seminggu. Jika ada satu bukti penipuan yang lolos, jutaan transaksi bisa dibatalkan, mengunci dana dan kepercayaan pasar.
-
ZK-Rollups memang menjamin kebenaran eksekusi melalui ZK-proof, tetapi tidak bisa mencegah sequencer tunggal menunda, menolak, atau mengurutkan ulang transaksi demi keuntungan sendiri.
Tanpa transparansi publik tentang siapa yang mencoba bertransaksi dan kapan, sistem tidak bisa membuktikan adanya sensor—apalagi menghukumnya. Artinya, jaminan eksekusi pun menjadi tidak berarti karena eksekusi bergantung pada inklusi dan urutan transaksi.
Dampaknya, likuiditas terpecah di berbagai jembatan antar-rollup dengan risiko sistemik tinggi. Trader pun mulai menghitung risiko “sequencer” ini dalam valuasi aset. Jika risiko makin melebar, premium moneter Ethereum (ETH) bisa terancam.
Jika L2 Didesentralisasi, Hasilnya Justru L1
Pendukung L2 sering berdalih bahwa jaringan ini akan didesentralisasi di masa depan. Namun, jika L2 benar-benar diubah menjadi jaringan sequencer terdesentralisasi dengan konsensus kuat atas inklusi, urutan, dan eksekusi, hasilnya adalah Layer 1 baru.
Artinya, L2 pada akhirnya hanya akan menjadi pesaing L1 (Ethereum), bukan solusi skalabilitasnya. Selain itu, operator L2 saat ini tidak memiliki insentif untuk mengurangi kekuasaan mereka yang sangat menguntungkan.
Cara Skalakan Ethereum: Tingkatkan L1, Bukan L2
Ethereum tidak harus lambat dan mahal. Banyak desain konsensus baru bisa diadaptasi untuk meningkatkan performa Ethereum mainnet.
Dengan TVL hampir mencapai $100 miliar, wajar jika pengembang Ethereum berhati-hati terhadap perubahan besar. Namun, fokus utama seharusnya adalah mengembangkan Ethereum L1 itu sendiri, bukan bergantung pada L2 yang berisiko dan terkesan hanya “berperan sebagai jaringan terdesentralisasi.”
Mendanai peningkatan besar pada produksi, eksekusi, dan konsensus akan menjaga netralitas Ethereum, mempertahankan pendapatan dari biaya transaksi, dan memulihkan kepercayaan pengguna tanpa risiko tambahan dari jembatan rollup.