
Mengapa Blockchain Bisa Gagal? Studi Kasus EOS, Terra, dan Cara Menghidupkannya Kembali
Contoh dari EOS dan Terra menunjukkan bahwa hype saja tidak cukup. Untuk bisa bertahan, sebuah blockchain butuh utilitas nyata, kepercayaan, dan inovasi berkelanjutan.
Antusiasme awal tidak menjamin keberlangsungan. Keberhasilan jangka panjang sangat bergantung pada kegunaan praktis, kepercayaan komunitas, dan perkembangan teknologi yang konsisten.
Beberapa blockchain memang memulai dengan potensi besar, namun gagal mempertahankan momentum. Contohnya, EOS — yang dulu dijuluki sebagai "Ethereum killer" — berhasil mengumpulkan $4 miliar saat ICO tahun 2017. Namun pada 2025, penggunaan EOS sangat minim karena masalah tata kelola dan rendahnya adopsi.
Sementara itu, Terra dan token LUNA mengalami kejatuhan lebih parah pada 2022 saat stablecoin algoritmik mereka gagal total, menghapus nilai miliaran dolar dari pasar.
Dari sini kita belajar bahwa hype tidak menjamin umur panjang. Blockchain perlu kasus penggunaan nyata, keamanan yang kuat, dan evolusi yang aktif untuk tetap relevan.
Cara Mengetahui Apakah Blockchain Masih “Hidup”
Beberapa indikator penting yang bisa dilihat untuk menilai kesehatan sebuah blockchain:
- Volume dan kecepatan transaksi: Blockchain yang aktif memiliki aktivitas transaksi yang konsisten. Aktivitas rendah bisa jadi tanda bahaya.
- Total Value Locked (TVL): Jika pengguna DeFi percaya pada suatu chain, mereka akan menyimpan dan mengunci dana di protokolnya. Penurunan TVL = pengguna mulai meninggalkan jaringan.
- Aktivitas developer: Apakah ada proyek baru? Apakah pengembangan terus berlangsung? Ekosistem developer yang stagnan bisa jadi pertanda buruk.
- Jumlah validator dan node: Semakin banyak validator, semakin baik desentralisasi dan keamanan jaringan.
- Likuiditas on-chain: Jika likuiditas mengering, maka masa depan blockchain itu pun ikut suram.
Perpindahan tim developer juga menjadi sinyal penting. Jika banyak proyek meninggalkan satu chain karena tidak bisa berkembang, hal itu bisa menunjukkan tren penurunan. Sebaliknya, masuknya banyak proyek baru bisa menandakan momentum positif.
Contoh: Pada 3 April 2025, proyek game Infecteddotfun mengumumkan perpindahan dari Base ke Solana karena masalah skalabilitas. Game simulasi viral tersebut menarik 130.000 pendaftaran hanya dalam 48 jam, membebani jaringan Base, memicu lonjakan gas fee, dan menghentikan gameplay. Tim pengembang mengkritik keterbatasan rantai berbasis Ethereum Virtual Machine (EVM), dan lebih memilih Solana karena budaya yang lebih pro-pengguna dan basis pengguna yang lebih solid.
Apa yang Bisa Membuat Blockchain “Hidup Kembali”?
Beberapa blockchain yang tidak aktif masih bisa bangkit, asal menemukan kembali daya tarik bagi pengguna dan pengembang.
Faktor yang dapat menghidupkan kembali blockchain:
- Kasus penggunaan baru yang menyelesaikan masalah nyata
- Upgrade protokol: biaya lebih rendah, skalabilitas lebih baik, interoperabilitas
- Insentif kuat seperti airdrop, grant, atau reward likuiditas
- Transformasi menjadi Layer-2 dari chain besar lainnya
- Komunitas yang loyal dan percaya pada masa depan chain
Contoh nyata: Kebangkitan Solana pasca-FTX — terjadi berkat komunitas yang konsisten, aktif, dan optimistis.