
Mengapa TikTok Harus Berbasis Blockchain? Masa Depan Desentralisasi Media Sosial
Pertarungan untuk mengendalikan identitas digital semakin mendesak. Seiring dengan berkembangnya platform media sosial menjadi raksasa global, muncul pertanyaan mendasar: siapa yang benar-benar memiliki dan mengendalikan interaksi online kita? TikTok, sebagai salah satu platform terbesar di dunia, berada di pusat perdebatan politik, persaingan korporasi, dan masa depan otonomi digital.
Bayangkan sebuah dunia di mana identitas digital sepenuhnya menjadi milik Anda sendiri, di mana setiap postingan, koneksi, dan interaksi tidak terkunci dalam platform korporasi, tetapi ada sebagai perpanjangan dari kebebasan pribadi Anda. Ini bukan sekadar visi utopis, tetapi evolusi yang diperlukan untuk media sosial di era hak digital yang semakin krusial.
TikTok dan Masa Depan Desentralisasi
Sebagai bagian dari upaya untuk mendesentralisasi media sosial, Project Liberty bekerja sama dengan Alexis Ohanian (co-founder Reddit) dan Kevin O’Leary (investor terkenal) untuk membawa TikTok ke blockchain. Langkah ini bukan hanya soal kepemilikan TikTok, tetapi juga tentang siapa yang seharusnya mengontrol ruang digital tempat miliaran orang terhubung, berkreasi, dan mengakses informasi.
Untuk mewujudkan perubahan ini, Project Liberty mengembangkan Frequency, sebuah blockchain publik tanpa izin (permissionless) yang dirancang khusus untuk jaringan sosial berskala besar. Teknologi ini memungkinkan interoperabilitas, kedaulatan data, dan ketahanan terhadap kontrol terpusat.
TikTok, dengan pengaruh budayanya yang besar, masih terjebak dalam perdebatan tentang kepemilikan dan praktik datanya. Namun, pertanyaan yang lebih besar tetap belum terjawab: Haruskah satu entitas—baik pemerintah maupun korporasi—mengendalikan jaringan sosial sebesar TikTok? Jika TikTok ingin beroperasi dalam kerangka kerja desentralisasi, ia harus dibangun dengan interoperabilitas sejati, kepemilikan data oleh pengguna, dan sistem tata kelola terbuka. Di sinilah peran Frequency menjadi sangat penting.
Bluesky vs Frequency: Membangun Masa Depan Sosial yang Terdesentralisasi
Perdebatan tentang masa depan TikTok hanyalah bagian dari perubahan yang lebih besar dalam cara kita memandang media sosial. Kebutuhan akan desentralisasi bukan lagi teori, melainkan keharusan. Bluesky, proyek media sosial open-source, merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan ini.
Namun, Bluesky masih menghadapi masalah utama dalam desentralisasi. Beberapa aspek seperti penyimpanan data, sistem distribusi (Relay dan Firehose), serta direktori kredensial (PLC) masih dikendalikan oleh entitas terpusat. Sejarah telah menunjukkan bahwa keputusan teknis kecil seperti ini dapat menjadi alat bagi pihak tertentu untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan mengurangi otonomi pengguna.
Sebaliknya, Frequency menawarkan solusi fundamental untuk mengatasi kelemahan ini, dengan memastikan bahwa pengguna — bukan platform — yang memiliki kendali penuh atas identitas digital mereka.
Mengapa Desentralisasi Itu Penting?
Desentralisasi bukan hanya perubahan teknis, tetapi juga pemulihan hak-hak dasar pengguna:
- Kepemilikan Data – Pengguna memiliki kontrol penuh atas data mereka dan dapat memberikan atau mencabut akses kapan saja.
- Hak Atas Koneksi Digital – Hubungan sosial yang mereka bangun tidak bisa dihapus atau dimanipulasi oleh platform.
- Keamanan dan Privasi – Perlindungan kriptografi memastikan bahwa data hanya bisa diakses sesuai izin pengguna.
- Interoperabilitas – Platform lain dapat terhubung tanpa harus tunduk pada aturan satu perusahaan.
Desentralisasi dengan Tujuan Jelas
Frequency mengusung prinsip desentralisasi minimal namun fungsional, sehingga tetap efisien dalam skala besar. Data yang disimpan di blockchain hanya yang benar-benar penting untuk menjamin hak pengguna atas informasi mereka. Pendekatan ini memungkinkan optimalisasi jaringan sosial tanpa beban berlebih, sambil tetap memberikan insentif bagi kreator dan pengguna.
Dengan model ini, TikTok dan platform lainnya bisa bertransformasi menjadi jaringan sosial yang tidak hanya lebih adil tetapi juga lebih aman bagi penggunanya. Desentralisasi media sosial bukan sekadar tren teknologi, tetapi sebuah langkah penting menuju ekosistem digital yang lebih terbuka, adil, dan berdaulat.