
SEC Keluarkan Panduan Baru Terkait Stablecoin, Beberapa Tak Dianggap Sebagai Sekuritas
Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) merilis panduan terbaru mengenai stablecoin pada hari Jumat (05/4). Dalam pernyataannya, SEC menyebut bahwa beberapa jenis stablecoin yang dipatok terhadap dolar AS tidak dianggap sebagai sekuritas oleh lembaga tersebut.
Namun, SEC tidak memberikan pandangan khusus terhadap yield stablecoin dan stablecoin algoritmik. Hal ini menandakan bahwa masih ada ruang interpretasi di masa mendatang terkait dua kategori stablecoin tersebut.
Pernyataan SEC hanya mencakup stablecoin yang “dirancang untuk mempertahankan nilai stabil terhadap Dolar Amerika Serikat, dapat ditebus satu banding satu dengan USD, dan didukung oleh cadangan aset yang dianggap berisiko rendah serta likuid dengan nilai yang setara atau melebihi jumlah stablecoin yang beredar.”
Menurut SEC, jenis stablecoin seperti itu “tidak melibatkan penawaran dan penjualan sekuritas.”
Stablecoin sendiri merupakan aset digital yang nilainya dipatok pada mata uang fiat seperti dolar AS. Biasanya, nilai stablecoin dijaga melalui dukungan aset likuid seperti uang tunai dan obligasi pemerintah AS. Namun, beberapa stablecoin juga didukung oleh aset seperti Bitcoin atau emas.
Dua penerbit terbesar di sektor stablecoin saat ini adalah Tether (USDT) dan Circle (USDC), yang masing-masing mengelola cadangan sebesar $145 miliar dan $61 miliar, menurut data dari CoinGecko.
Di bawah kepemimpinan Ketua SEC sebelumnya, Gary Gensler, stablecoin berada di wilayah hukum yang abu-abu. Gensler, yang dikenal kritis terhadap aset kripto, pernah menyebut stablecoin sebagai “chip poker digital” karena sering digunakan investor untuk menghindari volatilitas pasar kripto.
Sementara itu, peraturan mengenai stablecoin masih dalam pembahasan di Kongres AS. Beberapa lembaga keuangan besar, termasuk Bank of America, tengah bersiap memasuki sektor ini. Para ahli memperkirakan hingga 1.000 stablecoin baru bisa diluncurkan dalam waktu satu tahun setelah aturan federal disahkan.
Panduan terbaru dari SEC ini hadir setelah lembaga tersebut sebelumnya menyatakan bahwa sebagian besar meme coin dan NFT juga tidak memenuhi kriteria sebagai sekuritas berdasarkan penerapan Howey Test.
Draf undang-undang stablecoin yang sedang dibahas di DPR dan Senat AS saat ini tidak mengizinkan yield stablecoin. CEO Coinbase, Brian Armstrong, diketahui mendorong pelonggaran aturan tersebut. Namun, Ketua Komite Jasa Keuangan DPR AS, Rep. French Hill (R-AR), menyatakan bahwa pelarangan tersebut merupakan titik temu bipartisan.
Stablecoin algoritmik sendiri merupakan kategori yang berbeda, karena tidak didukung oleh aset apapun. Sebaliknya, harga stablecoin jenis ini dikendalikan melalui insentif perdagangan. Salah satu contoh paling terkenal adalah TerraUSD, yang kolaps pada tahun 2022 dan mengakibatkan kerugian investor lebih dari $40 miliar hanya dalam hitungan hari.
Awal pekan ini, Komite Jasa Keuangan DPR AS mengadakan sesi pembahasan terkait RUU STABLE Act yang bertujuan menciptakan jalur legal bagi penerbit stablecoin, baik baru maupun lama. Namun, sebagian besar sesi tersebut diwarnai diskusi mengenai keterlibatan pribadi Presiden AS Donald Trump dalam sektor stablecoin dan potensi konflik kepentingan.