Bagaimana Stablecoin Euro Dapat Mengatasi Kekhawatiran Uni Eropa terhadap Dominasi Dolar
Bank sentral di Uni Eropa semakin vokal mengenai risiko stablecoin berbasis dolar AS terhadap kemampuan mereka menjalankan kebijakan moneter.
Pasar stablecoin memang melonjak dalam setahun terakhir, terutama setelah adanya kepastian hukum di Amerika Serikat. Kapitalisasi pasar stablecoin kini terus mencetak rekor baru setiap bulan. Namun, para pembuat kebijakan di European Central Bank (ECB) khawatir adopsi aset berbasis dolar yang terus meningkat dapat menimbulkan masalah saat terjadi krisis.
Penerbit stablecoin berbasis euro maupun pound memahami kekhawatiran tersebut, tetapi mereka tidak percaya bahwa solusi seperti euro digital (CBDC) dapat hadir dengan cepat. Mereka juga mempertanyakan apakah mata uang digital bank sentral benar-benar cocok sebagai solusi.
Menurut mereka, cara terbaik mengurangi “dolarisasi digital” di Eropa adalah dengan membangun ekosistem stablecoin euro yang kuat.
ECB: Dominasi stablecoin dolar dapat melemahkan kebijakan moneter
Pada Juli 2025, Jürgen Schaaf dari ECB memperingatkan bahwa meningkatnya penggunaan stablecoin dolar di Eropa dapat meniru pola ekonomi yang terdolarisasi. Artinya, kendali ECB terhadap kondisi moneter bisa melemah.
Hal ini terutama terjadi jika pengguna mencari keamanan atau imbal hasil yang tidak mereka dapatkan dari instrumen denominasi euro.
Risiko sistemik juga menjadi perhatian. Gubernur bank sentral Belanda, Olaf Sleijpen, mengatakan bahwa jika pertumbuhan stablecoin dolar terus berlanjut, pada akhirnya stablecoin tersebut akan menjadi “sistemik.” Jika terjadi rush atau penarikan besar-besaran, ECB bisa dipaksa mengubah kebijakan moneternya untuk menjaga stabilitas.
Saat ini, dominasi stablecoin dolar sangat besar: 99% dari pasar stablecoin senilai $300 miliar berbasis USD, sementara stablecoin euro hanya sekitar 350 juta euro.
Menurut Schaaf, “dolar masih menjadi aset referensi utama bagi trader kripto,” sehingga USD stablecoin mendapatkan adopsi paling luas.
Gísli Kristjánsson, CEO Monerium, mengatakan bahwa dominasi dolar juga dipengaruhi oleh sejarah di banyak wilayah yang lebih memilih menyimpan nilai dalam mata uang kuat.
Namun ia percaya stablecoin euro dapat mengejar ketertinggalan, asalkan mulai hadir use case nyata di luar spekulasi kripto.
Kristjánsson memperkirakan perubahan besar terjadi mulai 2026 ketika lebih banyak aplikasi pembayaran dan penggunaan dunia nyata diluncurkan. Banyak warga Eropa juga mulai mengonversi gaji dalam stablecoin dolar ke stablecoin euro agar lebih mudah digunakan.
Ia menegaskan:
“Jika kekhawatiran utama adalah menurunnya peran euro, maka membangun ekosistem stablecoin euro yang kuat adalah strategi paling efektif untuk menahan dolar.”
Mengapa bukan CBDC euro digital?
ECB sedang mengembangkan euro digital sejak 2020. Proyek ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada penyedia non-Eropa dan memodernisasi sistem pembayaran.
Namun penerbit stablecoin masih meragukannya.
Andrew MacKenzie dari Agant menilai mayoritas proposal CBDC sejauh ini kurang matang, terbatas secara fungsi, dan kurang memahami distribusi serta penggunaan di dunia nyata.
Ia meragukan euro digital mampu memberikan akses global, fungsi lintas batas, dan skalabilitas seperti stablecoin swasta.
Kristjánsson menambahkan bahwa peluncuran euro digital pada 2029 kemungkinan terlalu lambat untuk mengatasi dominasi stablecoin dolar saat ini.
Masih ada ketidakpastian besar:
Apakah euro digital akan memakai blockchain?
Apakah ada batasan saldo yang membatasi adopsi?
Apakah euro digital akan bersaing langsung dengan stablecoin?
Ia menilai euro digital justru mengalihkan fokus dari pengembangan stablecoin euro yang sudah berjalan dan bisa menjadi solusi lebih cepat.
Kolaborasi tetap mungkin
Meski CBDC dan stablecoin tampak bersaing, keduanya tetap terhubung dengan sistem perbankan tradisional. Stablecoin juga menggunakan aset pendukung seperti deposito bank.
MacKenzie mengatakan bank sentral tetap akan memiliki peran penting dalam infrastruktur pembayaran, termasuk dalam memberi likuiditas bagi penerbit stablecoin—seperti proposal terbaru Bank of England.
Pada akhirnya, baik melalui stablecoin swasta maupun euro digital yang diawasi ketat ECB, masa depan kedaulatan moneter Eropa bergantung pada keberhasilan pengembangan uang digital berbasis euro.