Strategi Akuisisi Ripple Dinilai Mirip SoftBank: Upaya Dominasi XRP dan RLUSD di Keuangan Tradisional
Ripple terus melakukan serangkaian akuisisi untuk menguasai jalur transaksi penting dan mengarahkannya melalui token XRP dan stablecoin baru mereka, Ripple USD (RLUSD) — langkah yang menuai perbandingan dengan strategi agresif investasi milik SoftBank, konglomerat asal Jepang.
Akuisisi Ripple atas Hidden Road senilai $1,25 miliar pada 8 April memungkinkan perusahaan menggunakan RLUSD sebagai jaminan (collateral) dalam produk prime brokerage-nya. Hidden Road juga akan memigrasikan seluruh operasional pasca-transaksi ke XRP Ledger, blockchain yang menjadi tulang punggung berbagai layanan institusional Ripple.
Ripple Meniru Jejak SoftBank?
Pendiri Omni Network, Austin King, yang menjual startup-nya Strata Labs ke Ripple pada 2019, menyebut pendekatan Ripple ini sebagai strategi akuisisi mirip SoftBank.
Alih-alih membangun teknologi secara internal seperti Google atau Meta, SoftBank membesarkan imperiumnya melalui investasi besar-besaran, joint venture, dan akuisisi. Ripple tampaknya mengikuti pola ini, meski banyak pihak yang belum sepenuhnya setuju bahwa perbandingan ini sepadan.
SoftBank terkenal melalui dua investasi besar: Yahoo dan taruhan $20 juta pada Alibaba yang menjelma menjadi $60 miliar saat IPO tahun 2014. SoftBank lalu memutar keuntungannya untuk ekspansi di sektor telekomunikasi dan semikonduktor, termasuk akuisisi ARM senilai $31 miliar.
“SoftBank menciptakan sinergi dari seluruh portofolionya. Ripple melakukan hal serupa, fokus pada layanan keuangan. Bedanya, alat utama mereka adalah XRP,” kata King.
XRP dan RLUSD sebagai Mesin Ekosistem Ripple
Baik SoftBank maupun Ripple membeli infrastruktur, bukan membangunnya dari nol. Keduanya juga memperlakukan portofolio mereka sebagai ekosistem terintegrasi, bukan investasi satuan.
Ripple menggunakan modal XRP dan kas sebagai kekuatan. Per 31 Maret, Ripple memiliki 4,56 miliar XRP (setara $11 miliar) dan 37,13 miliar XRP ($89,8 miliar) dalam escrow.
Akuisisi Ripple bertujuan memperluas adopsi XRP dan RLUSD di sektor keuangan tradisional — menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kustodian, broker, dan sistem pembayaran. King menyebut ini sebagai “flywheel berbahan bakar token.”
“Dengan infrastruktur penuh, Ripple dapat menanamkan XRP sebagai jembatan antar jaringan, kustodian, dan aset tokenisasi, sementara RLUSD menjadi unit akun USD yang sesuai regulasi,” ujar Sid Powell, CEO Maple.
Namun, pendekatan Ripple tidak sepenuhnya diyakini semua pihak. Powell menilai Ripple lebih fokus pada produk dan misi blockchain daripada strategi konglomerat seperti SoftBank.
“Perbandingan dengan SoftBank agak dipaksakan. Ripple tak banyak membuat joint venture atau exit besar seperti SoftBank,” tambah Casper Johansen dari Spartan Group.
Ripple dan Perlombaan M&A di Industri Kripto
Alih-alih merambah sektor media dan telekomunikasi seperti SoftBank, Ripple membangun infrastruktur keuangan. Perusahaan telah mengakuisisi Metaco (2023) dan Standard Custody (2024). Hidden Road, akuisisi terbaru, memiliki 300 klien institusional dan memproses $3 triliun setiap tahun.
“Metaco jadi brankasnya, Hidden Road jadi mesin pertumbuhannya,” kata Johansen.
Langkah ini mencerminkan tren merger dan akuisisi besar di sektor kripto AS. Kraken membeli NinjaTrader ($1,5 miliar) dan Coinbase mengakuisisi Deribit ($2,9 miliar).
Perubahan iklim regulasi di AS membuka jalan ekspansi. Ripple sebelumnya menghadapi tekanan dari SEC, namun kini suasana lebih kondusif.
CEO Ripple, Brad Garlinghouse, menyebut SEC diprediksi akan bersikap “lebih positif dan konstruktif” terhadap kripto. Gugatan SEC yang diajukan sejak 2020 akhirnya resmi diselesaikan pada 8 Mei 2025.
Fokus Selanjutnya: Akuisisi dan Stablecoin
Garlinghouse menegaskan Ripple akan terus menjajaki peluang akuisisi.
“Bukan tak mungkin dalam 1-2 tahun Ripple membeli perusahaan point-of-sale besar untuk menjangkau pembayaran konsumen langsung,” kata King.
Pada 30 April, Bloomberg melaporkan bahwa Ripple menawar Circle senilai $4–5 miliar, namun tawaran itu ditolak karena dianggap terlalu rendah.
Langkah ini mempertegas ambisi Ripple menguasai pasar stablecoin, walau belum mudah.
“Integrasi XRP masih terbatas karena institusi ragu pakai aset kripto yang volatil. RLUSD lebih menjanjikan, tapi harus bersaing dengan USDC dan PayPal USD,” kata Hadley Stern dari Marinade.
Namun, regulasi stablecoin di AS belum menemui titik terang. RUU GENIUS Act 2025 gagal lolos di Senat pada 8 Mei.