Trump: Mata Uang Kita Sudah Tidak Menjadi Standar Dunia
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan kata-kata pedas untuk Pemerintahan Joe Biden tak lama setelah menyerahkan diri dan menghadiri persidangannya pada hari Selasa (04/04). Ia memperkirakan bahwa dolar AS akan kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia.
Donald Trump didakwa dengan 34 tuduhan memalsukan catatan bisnis Kamis pekan lalu. Tuduhan ini terkait dengan dugaan pembayaran uang tutup mulut, termasuk $130.000 yang diberikan kepada bintang film dewasa Stormy Daniels untuk menyembunyikan perselingkuhan mereka, menjelang pemilihan presiden tahun 2016.
Pada Selasa sore (05/04) Trump muncul di pengadilan Manhattan, dan mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan terhadapnya. Dia kemudian kembali ke resor Mar-a-Lago di Florida dan menyampaikan pidato yang berapi-api. Dia sekali lagi menyangkal tuduhan terhadapnya dan mengecam kebijakan politik Biden.
Pertama-tama dia mengatakan bahwa kasusnya merupakan "penghinaan terhadap negara kita" dan "negara kita akan masuk neraka". Dia kemudian mengecam hakim dan jaksa penuntut, dan menyebut kasus terhadapnya bermotivasi politik.
Lebih lanjut, dia memprediksi malapetaka bagi dolar AS yang akan kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia, mengomentari inflasi di AS dan kejatuhan beberapa bank baru-baru ini.
“Mata uang kita jatuh dan sudah tidak menjadi standar dunia, yang akan menjadi kekalahan terbesar kita, sejujurnya, dalam 200 tahun,” katanya.
Federal Reserve AS mulai meningkatkan suku bunga tahun lalu untuk memadamkan inflasi yang mencapai 9,1% pada Juni 2022. Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi mulai mereda, tapi masih jauh dari target The Fed, yaitu 2%.
Apakah Dolar AS Akan Kehilangan Status Sebagai Mata Uang Cadang Dunia?
Dolar telah menikmati status sebagai mata uang cadangan dunia sejak tahun 1914, dan hingga kini masih menjadi 'raja uang'. Menurut Dana Moneter Internasional, 59 persen cadangan mata uang global saat ini disimpan dalam dolar. Meskipun diprediksi akan mengalami penurunan, tapi pengamat yakin bahwa dominasi dolar AS tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Spekulasi mengenai status dolar akan digantikan oleh yuan muncul baru-baru ini, setelah China dan Rusia sepakat untuk melakukan transaksi menggunakan mata uang yuan-rubel, bukan dolar.
China dan Brasil juga telah sepakat untuk berdagang langsung dengan mata uang nasional mereka sendiri, tanpa menggunakan dolar AS sebagai perantara. Selain itu, China dan India juga telah meluncurkan program terpisah untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional.
Negara-negara lain seperti Arab Saudi dan Iran pun sedang dalam pembicaraan dengan China untuk mendepak dolar dalam transaksi minyak.
Meski demikian, kita tidak akan melihat dolar kehilangan statusnya sebagai cadangan mata uang global dalam waktu dekat, menurut Giles Coghlan, kepala konsultan analis pasar untuk HYCM.
Pendapat serupa diungkapkan oleh Sonu Varghese, ahli strategi makro global Carson Group. "Peran dominan dolar AS tidak akan berakhir dalam waktu dekat, terutama karena tidak ada alternatif yang baik," kata Varghese, dikutip dari Business Insider.
Meski beberapa negara mulai berpaling dari dolar, sekitar setengah dari perdagangan internasional, pinjaman, dan sekuritas utang global saat ini masih ditagih dalam dolar AS. Sementara itu, di pasar valuta asing, di mana mata uang diperdagangkan, dolar terlibat dalam hampir 90 persen dari semua transaksi.