
Bagaimana Silicon Valley Bank Jatuh Dalam Sekejap
Silicon Valley Bank (SVB), bank yang sebelumnya dihormati dan memiliki ikatan yang begitu dalam dengan dunia teknologi tiba-tiba ditutup secara dramatis. Kegagalan bank tersebut menimbulkan emosi yang campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan kemarahan tentang bagaimana lembaga terpercaya semacam itu dapat jatuh begitu cepat dan siapa yang harus disalahkan.
Sebenarnya, sudah lama beredar desas-desus yang menyatakan bahwa ada yang salah pada SVB. Tapi badai itu benar-benar menerjang pada hari Rabu (08/03).
Hari itu, perusahaan mengumumkan telah melakukan serangkaian keputusan, termasuk menjual $21 miliar investasinya dengan kerugian $1,8 miliar setelah pajak, meminjam $15 miliar, dan merencanakan penjualan saham darurat untuk mengumpulkan dana tambahan sebesar $2,25 miliar.
Rupanya SVB mengalami masalah keuangan akibat inflasi, yang membuat nilai obligasi jangka panjang dan sekuritas berbasi hipotek milik mereka menyusut.
Ketika kabar tentang hal ini mulai menyebar, kepanikan muncul, dan nasabah SVB berlomba-lomba menarik uang mereka.
Berharap untuk menenangkan situasi, CEO SVB Greg Becker memohon kepada pelanggan utamanya, venture capital (VC) untuk tetap tenang. Dia berkata, "dukung kami seperti kami mendukung Anda selama masa-masa sulit."
Becker juga menekankan bahwa "Jika setiap orang saling memberi tahu bahwa SVB dalam masalah, itu akan menjadi tantangan."
Sayangnya, apa yang dikhawatirkan Becker benar-benar terjadi. Semua orang mulai saling memberi tahu bahwa SVB sedang dalam masalah, dan informasi dengan cepat menyebar di media sosial.
Akibat situasi ini, beberapa orang menyalahkan investor dan VC karena menciptakan kepanikan dan histeria yang tidak perlu di Twitter.
"Jika Anda berada di bioskop dan tidak terbakar dan Anda berteriak api, lalu Anda memberi selamat kepada diri sendiri karena keluar lebih dulu sementara orang lain berbaring di lantai, apakah Anda tidur nyenyak malam ini?" tanya Mark Suster, mitra manajer di Upfront Ventures.
Di lain sisi, ada juga yang berpendapat bahwa eksekutif SVB tidak bisa menyalahkan siapapun kecuali diri mereka sendiri karena membuat taruhan yang tidak hati-hati menggunakan uang deposan.
"Mereka seharusnya tidak pernah terlibat dalam situasi ini sejak awal," kata Jamie Montgomery, salah satu pendiri dan mitra pengelola March Capital. "Dalam beberapa tahun terakhir bank mencoba mengambil lebih banyak risiko daripada yang mereka pahami. Kepemimpinannya harus bertanggung jawab," tegasnya.
Pada 10 Maret, ketika penarikan uang terus terjadi, regulator California mengumumkan bahwa mereka akan menutup SVB.
Sekarang dana bank tersebut berada di tangan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). Selanjutnya, dana deposan yang belum sempat ditarik dari SVB akan dikembalikan oleh pemerintah federal, tapi hanya maksimal $250.000.
SVB Adalah Bank Andalan Silicon Valley
Silicon Valley Bank telah menjadi pilar startup selama empat dekade. Selama bertahun-tahun, SVB juga telah bekerja keras untuk memupuk hubungan yang baik dengan para pendiri dan investor di seluruh ekosistem startup. Mereka mensponsori acara-acara mewah, mengundang VC ke chalet ski, dan mungkin yang paling penting, memberikan peluang pada perusahaan yang belum terbukti akan berhasil ketika bank tradisional lainnya pesimis terhadap mereka.
Karena keistimewaan itu, banyak orang di Silicon Valley mengatakan bahwa SVB tidak ada bandingannya. Karena alasan itu juga, SVB memiliki kelompok deposan yang berkomitmen tinggi. Sekitar 37.000 pelanggannya menyumbang hampir $157 miliar atau 74% dari aset bank, dengan nilai rata-rata lebih dari $4 juta per rekening. Ini membantu memperkuat reputasi SVB sebagai bank andalan Silicon Valley di masa-masa indah.
Akar Masalah yang Menghancurkan SVB
Pada tahun 2021, para eksekutif SVB memiliki masalah yang tampaknya membuat iri sebagian besar bank, yaitu mereka memiliki banyak simpanan dari perusahaan rintisan yang berhasil mengumpulkan pendanaan besar.
Oleh karena itu bank harus mencari cara untuk mengimbangi ledakan pertumbuhan deposito. Akhirnya para eksekutif memutuskan untuk bertaruh pada sekuritas berbasi hipotek. Mereka mengunci lebih dari $80 miliar dana deposan dengan hasil rata-rata 1,56%.
Belakangan, seorang mantan eksekutif SVB menyesali langkah itu dan menyebutkan sebagai "keputusan bodoh." Eksekutif itu mengatakan bahwa SVB seharusnya tidak bertaruh pada sekuritas berbasi hipotek, tapi memilih menerima hasil yang lebih rendah pada sekuritas jangka pendek.
Menurut laporan Business Insider, meskipun kepanikan yang menghancurkan SVB tampaknya datang tiba-tiba, ada juga kesalahan dalam tata kelola perusahaan itu selama berbulan-bulan menjelang keruntuhan.
Chief Risk Officer SVB, Laura Izurieta, yang bertanggung jawab untuk mencegah jenis krisis, mengundurkan diri dari peran tersebut pada April 2022, tak lama setelah menjual saham perusahaan senilai hampir $4 juta. Hampir sepanjang tahun, perusahaan tidak memiliki chief risk officer dan posisinya baru terisi pada Januari 2023.
Ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif untuk melawan inflasi, dan imbal hasil obligasi pemerintah melonjak, nilai pasar obligasi hipotek SVB anjlok.
Hal ini menyebabkan SVB merugi miliaran dolar, dan membuat bank tersebut secara teknis bangkrut. Tentu saja itu hanya kerugian tak terealisasi, dan SVB seharusnya dapat mengatasi situasi tersebut tanpa banyak kesulitan.
Tapi, ketika dana VC mengering dan perusahaan rintisan berusaha mengembangkan perusahaannya, banyak dari mereka mulai menarik uang dari rekening mereka. Akibatnya simpanan di SVB turun dari $198 miliar pada Maret 2022 menjadi $165 miliar pada akhir Februari 2023.
Berdasarkan kekhawatiran bahwa startup akan mempercepat penarikan akhir tahun ini, pada tanggal 8 Maret, SVB mengumumkan bahwa mereka menjual sekuritas senilai $21 miliar dan berusaha untuk mengumpulkan modal baru lebih dari $2 miliar.
Seharusnya pengumuman itu tidak berdampak besar sampai menyebabkan bank run.
Tapi para pendiri startup dan eksekutif teknologi sudah bingung dengan runtuhnya exchange crypto FTX dan penutupan bank Silvergate. Jadi mereka bergegas untuk mengamankan uang mereka.
Pada Kamis sore, beberapa VC paling terkenal di industri teknologi menyarankan perusahaan portofolio mereka untuk memindahkan aset mereka dari SVB, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg.
"Kami memberitahu perusahaan portofolio untuk melihat bank besar karena mereka lebih aman," kata Eugene Malobrodsky, seorang investor di One Way Ventures, yang menarik dana mereka dari SVB pada hari Kamis. "Pemerintah tidak akan pernah membiarkan JPMorgan atau Bank of America gagal."
Pada Kamis malam, 15 VC teknologi teratas dikabarkan berusaha mencari cara untuk menyelamatkan SVB, tapi pada saat itu semuanya sudah terlambat. Keesokan harinya, terungkap bahwa Silicon Valley Bank mengalami penarikan $42 miliar pada hari Kamis, yang kira-kira 25% dari $161 miliar deposito bank.
Pada hari yang sama, penarikan dihentikan dari SVB dan aset bank tersebut berada di bawah kendali pemerintah federal.
Dampak Kejatuhan SVB Terhadap Startup
Meskipun pemerintah federal telah berjanji untuk mengembalikan dana deposan SVB, namun jumlah $250.000 relatif sangat sedikit dari rata-rata simpanan deposan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa itu akan membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Beberapa deposan terbesar SVB termasuk Roku, yang mengatakan memiliki hampir $500 juta di SVB dan Roblox dengan simpanan $150 juta.
Perusahaan lain, termasuk Etsy, bahkan telah memberi tahu pelanggannya bahwa mereka menghadapi penundaan pemrosesan pembayaran.
Korban lain, FarmboxRx sedang berjuan untuk membayar tagihan perusahaan. CEO Ashley Tyrner mengatakan bahwa dia sedang berlibur bersama keluarganya di Kosta Rika pada hari Kamis ketika dia mulai mengetahui adanya masalah di SVB.
Dia mendengar kabar buruk itu dari COO-nya, setelah membaca berita di TechCrunch.
"Kami mengetahuinya ketika media mengetahuinya," katanya kepada Business Insider.
Tyrner segera mencoba mentransfer saldo perusahaannya, yang berjumlah delapan angka, dari SVB tapi akun online-nya terkunci.
Dia kemudian menghubungi perwakilan rekeningnya, namun tidak dijawab. Pada Jumat pagi, Tyrner, seperti ribuan deposan lainnya, masih berusaha menarik uangnya ketika FDIC mengumumkan akan mengambil alih bank bermasalah tersebut.
Beruntung, kata Tyrner, FramboxRx memiliki simpanan di bank lain dan masih mampu membayar tagihan perusahaannya. Meski begitu, tanpa jawaban atau akses ke jutaan dolar di rekening SVB-nya, Tyrner mengatakan dia terkejut dan marah.
"Ini konyol, saya tidak sampai sejauh ini untuk kehilangan delapan angka karena seorang CEO membuat keputusan buruk tentang di mana bank menginvestasikan uang mereka," katanya.
Sementara itu, VC menyatakan penyesalannya pada hari Jumat atas kehancuran SVB. "SVB adalah mitra yang hebat bagi banyak VC, startup, dan investor, dan SVB layak mendapatkan lebih banyak dukungan," kata VC Spiros Margaris.
"Tes lakmus loyalitas gagal, dan itu akan merugikan VC dan komunitas startup dalam banyak hal untuk waktu yang lama... begitu debu mereda, kami menyadari apa yang telah hilang dari kami."