Dunia Mode Memasuki Era Digital, Fashion Virtual di Metaverse Jadi Tren Baru
Dunia mode kini tidak lagi terbatas pada kain dan jahitan semata. Perkembangan teknologi telah membuka jalan bagi "pakaian digital" atau busana yang hanya eksis secara virtual. Tren ini semakin populer, dengan banyak merek ternama mulai memproduksi dan menjual pakaian digital untuk avatar di media sosial maupun permainan daring.
Menurut DPUSOD, salah satu perguruan tinggi desain terkemuka di Pune, India, daya tarik fashion digital terletak pada kebebasan berekspresi tanpa batasan bahan, biaya, atau limbah. Di dunia virtual, jaket bisa berubah warna, menyala, atau memiliki fungsi yang tidak mungkin diwujudkan di dunia nyata. Dengan meningkatnya minat terhadap metaverse, identitas digital kini dianggap sama pentingnya dengan identitas fisik, terutama dalam hal gaya dan penampilan.
Fashion digital juga dinilai sebagai solusi berkelanjutan terhadap berbagai permasalahan industri mode konvensional, seperti limbah tekstil dan emisi karbon. DPUSOD menyebutkan, di masa depan bukan tidak mungkin konsumen akan membeli pakaian fisik sekaligus versi digitalnya untuk digunakan dalam ruang virtual.
Lemari Pakaian di Metaverse
Keberadaan metaverse menjadi lahan subur bagi ekspresi diri dalam bentuk baru. Beberapa merek ternama telah mengadakan peragaan busana virtual, menjual item cosplay digital, hingga bekerja sama dengan merek mewah dalam bentuk "skin" atau busana virtual.
Kepemilikan item fashion di metaverse seringkali berbentuk non-fungible token (NFT) yang memberikan eksklusivitas dan status. Salah satu contohnya adalah gaun digital dari The Fabricant yang terjual seharga $9.500. Selain itu, busana augmented reality juga memungkinkan pengguna untuk "mengenakan" pakaian melalui filter di media sosial.
Mode Berkelanjutan dan Masa Depan Fashion
Kritik terhadap industri fashion konvensional yang dianggap mencemari lingkungan mendorong munculnya pendekatan yang lebih ramah lingkungan. DPUSOD menyoroti bahwa fashion digital dapat mengurangi limbah, tetapi pendekatan keberlanjutan juga harus diterapkan dalam dunia nyata. Konsep circular fashion, di mana pakaian dirancang agar bisa digunakan kembali atau didaur ulang, kian diminati.
Beberapa merek mulai menerapkan sistem penyewaan, penjualan kembali, dan perbaikan sebagai cara memperpanjang umur pakaian. Material baru seperti kulit jamur dan sutra sintetis dari tumbuhan juga mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.