3 Hal yang Membuat Bitcoin Kesulitan Melewati Resistance $28.500
Bitcoin mengawali bulan ini dengan reli kecil-kecilan, sehingga memberikan harapan tentang "Uptober." Pada tanggal 2 Oktober, harga Bitcoin mengalami peningkatan sebesar 5,5%, dan menyentuh harga $28.600. Namun, raja crypto ini kehilangan momentum, dan sekarang berada di level $27.514.
Walaupun kenaikan harga ke kisaran harga saat ini mungkin memberikan dorongan bagi investor, namun ada beberapa hal yang bisa membuat Bitcoin sulit untuk bergerak naik. Mari kita lihat apa saja yang bisa menghambat reli Bitcoin bulan ini!
Kekuatan Makroekonomi Memberikan Tekanan pada Harga Bitcoin
Pada tanggal 2 Oktober, Wakil Ketua Pengawasan Federal Reserve AS, Michael Barr menyatakan bahwa ia mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi “di bawah potensinya” karena suku bunga yang lebih tinggi menghambat aktivitas ekonomi. Ia juga mencatat bahwa dampak penuh dari kebijakan moneter saat ini belum terwujud.
Menurut alat CME FedWatch, pasar saat ini terbagi rata mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga lagi oleh The Fed pada tahun 2023.
Pada tanggal 3 Oktober, Departemen Keuangan AS merilis imbal hasil riil obligasi Treasury 10-tahun AS (sebuah ukuran yang menyesuaikan dengan inflasi). Angka ini mencapai 2,47%, level tertinggi dalam hampir 15 tahun. Perkembangan ini sebagian menjelaskan Indeks Dolar AS (DXY) yang mencapai titik tertinggi dalam 10 bulan.
Selain itu, Reuters melaporkan bahwa AS telah menjadi tujuan investasi yang relatif lebih menarik karena “perekonomiannya yang tangguh”, yang memiliki prospek pertumbuhan yang lebih kuat jika dibandingkan dengan Eropa dan Tiongkok.
Aktivitas Leverage Long Bitcoin Berkurang
Bitcoin futures bulanan biasanya diperdagangkan dengan sedikit harga premium di pasar spot, yang menunjukkan bahwa seller meminta lebih banyak uang untuk menunda penyelesaian.
Akibatnya, kontrak berjangka BTC biasanya diperdagangkan dengan premi tahunan sebesar 5%–10%, situasi yang dikenal sebagai contango, yang tidak hanya terjadi di pasar kripto.
Premi berjangka BTC terus diperdagangkan di bawah ambang batas netral 5%, tetap berada dalam kisaran netral hingga bearish. Hal ini menunjukkan kurangnya permintaan untuk posisi long dengan leverage.
Selain itu, aktivitas perdagangan spot di bursa tradisional telah menurun ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak akhir tahun 2020, yang menandakan berkurangnya partisipasi investor institusi.
Perlu dicatat bahwa penurunan volume perdagangan mungkin disebabkan oleh perusahaan perdagangan besar yang berbasis di AS, seperti Jane Street Group dan Jump Trading, yang menjauhkan diri dari pasar aset kripto menjelang Mei 2023. Bloomberg melaporkan bahwa alasan utama perubahan ini adalah “pengawasan peraturan yang lebih ketat,” yang menjadikan pasar kurang menarik bagi investor institusi.
Ekspektasi Investor Terhadap ETF BTC Spot Menurun
Salah satu faktor yang mendukung kenaikan Bitcoin sebesar 68% pada tahun 2023 adalah antisipasi persetujuan ETF Bitcoin spot oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS. Namun, meskipun ada beberapa penundaan yang dilakukan oleh regulator, ETF Ether futures telah disetujui dan mulai diperdagangkan pada tanggal 2 Oktober. Sayangnya minta investor terhadap produk ini tampaknya lesu.
Selain itu, meskipun ada keputusan pengadilan yang menguntungkan untuk konversi Grayscale Bitcoin Trust menjadi ETF Bitcoin spot, ini terus trading dengan diskon 19% dibandingkan dengan kepemilikan Bitcoinnya. Data ini menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap persetujuan ETF Bitcoin spot.
Pada akhirnya, Bitcoin tidak mampu melampaui level resistance $28.500, dan perwakilan Federal Reserve memperingatkan akan adanya tekanan ekonomi yang akan datang. Akibatnya, prospek untuk menembus level ini dalam jangka pendek tampaknya kurang menguntungkan.